Postingan

Ngomongin Anya Geraldine yang Ngakunya Seorang Fakgirl

Gambar
Hari Senin (13/01) kemarin, tiba-tiba muncul tweet dari  @Anyaselalubenar . Doi seorang selebgram, selebtweet, youtuber, atau apalah. Saya nggak mungkin nyebutin satu-satu profesi Mbak Anya Geraldine ini. Jujur saya tidak  follow  akun Twitter-mu, Mbak. Tapi ada salah satu sobat Twitter saya yang menyukai tweet mbaknya. Maka muncullah wajah mbaknya di  timeline  saya. Setelah coba saya buka tweetnya kurang lebih isinya mendeskripsikan Mbak Anya. Saya tidak tahu tweet itu ia buat dengan serius atau iseng, tapi saya cukup tercengang dengan tinggi badan Mbak Anya. Mbaknya lebih tinggi bahkan selisih tinggi kita sampai 8 cm lho mbak, sedih saya. Hmmm~ Eh ada lagi  ding  yang lebih menohok, deskripsi di bawahnya. Ya, tentang  passion  Mbak Anya. Kurang lebih seperti ini “Passion: Bikin cowo baper terus ninggalin.” Saya mau tanya, itu serius apa bercandaan sih? Kalau serius, ngeri kali mbak satu ini~ Iseng, akhirnya saya coba buka profile Mbak Anya Geraldine. Di bionya tertulis, “Manusia buc

Kiat Sukses Membangun Kedai Kopi Milenial ala Kawan Saya

Gambar
“Lur, kira-kira kalau lulus kuliah enaknya ngapain ya?” Begitu tanya kawan saya ketika berjumpa kemarin. Saya cuma menghela nafas sambil menjawab dalam hati, “Yo mboh yo, mbok kiro aku pakmu a?” Entahlah, menurut saya pertanyaan tengik macam itu tuh harusnya dijawab sendiri. Dan benar saja, sebelum saya mengungkapkan isi hati tiba-tiba dia melanjutkan dengan jawabannya sendiri, “Tapi dari dulu aku sudah punya pikiran bangun kedai kopi sih.” Saya cukup tercengang dengan ide kawan saya ini, mulai saya tanyakan konsep apa yang akan ia bawa. Usut punya usut kawan saya ini cukup nganggur dengan kegiatannya selama ini, sehingga ia mengamati perilaku para milenial yang selalu memenuhi kedai-kedai kopi yang ditemuinya. Bayangkan saja, kawan saya ini sampai memberikan tanda di beberapa waktu di mana ia merasa kedai kopi sedang ramai-ramainya atau kebalikannya. Nganggurmu berfaedah sekali, Lur~ Observasi kawan saya ini juga tidak sampai di situ, bahkan ia hafal betul tipe desain kedai sa

Seni Hidup Crazy Ala Sofyan Sauri

Gambar
Mari saya perkenalkan kepada sodara-sodara salah satu dedengkot dalam lingkaran pergaulan saya. Sofyan Sauri, nama yang mudah diingat dan cukup pendek disematkan bagi seseorang yang lahir pada era milenial. Pun pelafalan namanya tidak terlalu susah, hampir tidak pernah saya jumpai ada orang yang salah mengeja namanya. Saya memanggilnya dengan sebutan nama belakangnya, Sauri. Tapi, ada pula yang memanggil dengan nama depannya. Tidak hanya namanya yang mudah diingat, pun dengan tampilan Sauri yang nyentrik dengan khas rambut gondrong bergelombang yang lebih sering diikat daripada diurai. Ditambah lagi pakaian yang ia kenakan setiap harinya, ia tetap konsisten dengan kemeja yang tampak kedodoran dengan mencangklong waist bag berbahan goni pemberian salah seorang kawan kami, Arul (kapan-kapan akan saya ceritakan pula si pendiam tapi mematikan layaknya ular ini). Sauri memang cukup mudah dikenali dari sekian banyak mahasiswa di Fakultas Ilmu Budaya Unej yang sekarang ini dipenuhi

Nggatheli

Gambar
Kredit foto: Dokumen Pribadi Malam ini Sidoarjo masih konsisten dengan hawanya belakangan hari, sumuk katakanlah. Sesekali angin berhembus itupun dari laju kendaraan berat yang nggatheli . Soalnya, selain membawa angin, kendaraan itu membawa getaran dan suara yang cukup membuat orang-orang di warung kopi ini mengernyitkan dahinya menandakan kebisingan sedang memperkosa pendengaran mereka. Tapi tidak masalah juga, toh beberapa orang di warung kopi ini juga nggatheli . Salah satunya mas-mas yang duduk di samping saya sekarang ini, cukup nggatheli dengan headset yang ia kenakan dan goyangannya yang tanpa ia sadari menggoyang bangku panjang yang sama-sama kami duduki, asu tenan . Ingin sekali rasanya saya cabut headsetnya lalu saya berbicara dekat pada telinganya " Mas, juancok sampean ". Sayangnya saya tidak berani se- nggatheli itu. Bayangkan saja, seonggok daging yang duduk di sebelah saya ini posturnya tinggi besar sampai-sampai sempak yang ia kenakan mencuat kelu

Pagi dan Refleksi

Gambar
Kredit Gambar: google.com Saya, sebagai penulis hendak mengingatkan bahwa tulisan di bawah ini bukanlah tulisan-tulisan heroik seperti yang kawan-kawan harapkan.90% dari tulisan ini adalah curhatan saya dan pemaknaan saya terhadap apa yang saya alami. Untuk mencari tulisan yang lebih substansial kiranya kawan-kawan bisa mencari tulisan lain yang lebih wow. Pagi ini saya dibangunkan oleh kawan saya jauh lebih pagi daripada biasanya. Harusnya perkuliahan kami dimulai pada pukul 08.00 WIB. Mulanya saya begitu tidak sadar ketika kawan saya itu mengetuk pintu kamar saya, tanpa berpikir panjang saya ambil saja handuk dan langsung ke kamar mandi. Karena saya tidak mungkin menceritakan apa saja yang saya lakukan di dalam kamar mandi, maka saya akan menceritakan ketika saya selesai mandi. Keluar dari kamar mandi dan kembali ke kamar, saya mencoba menyalakan hp saya yang sedari subuh sedang saya isi baterainya. Saya tercengang ternyata jam di hp saya menunjukkan pukul 07.19 WIB. Beta

Prakapitalisme di Asia

Gambar
Kredit Gambar: Google/images Buku Judul: Prakapitalisme di Asia Judul Asli: The Interest of voiceless for east : Penulis: J.H. Boeke Penerjemah: D. Projosiswoyo Penerbit: Sinar Harapan Tempat Terbit: Jakarta Tahun Terbit: 1983 Tebal: 134 halaman Oleh: M. Shafwan Syafiq J.H. Boeke, seorang ahli Ilmu Ekonomi Timur asal Belanda, menulis buku ini sebagai pembahasan penyebab kemiskinan yang berkelanjutan dari abad pertengahan sampai berakhirnya Perang Dunia II. Boeke menitikberatkan pembahasan kemiskinan pada wilayah pedesaan Asia Timur, Selatan, dan Tenggara: Jepang, Indocina, Cina, dan Hindia Belanda (Jawa). Dalam buku ini, Boeke menjabarkan sebuah pergolakan yang terjadi pada sistem sosial-ekonomi. Pasalnya, dualisme ekonomi muncul pada tataran masyarakat pedesaan tradisional yang sudah mulai meninggalkan produksi untuk swasembada, dan berganti pada produksi untuk pertukaran (exchange) . Sebuah keadaan ketika sistem ekonomi kota yang mulai men

Mereka yang Tak Kasat Mata

Gambar
Kredit Foto: Dokumen Pribadi Rabu 9 Oktober 2019, harusnya hajatan kami (saya bersama kakak saya dan kawannya) sekadar membeli kain di Pasar Tanjung, tapi terasa kurang nikmat bila terlanjur keluar tanpa mampir ngopi . Mampirlah kami pada satu tempat lesehan pinggir jalan, bukan warung permanen, bahkan si empunya dagangan sekadar menggelar karpet dan beberapa barang dagangan di atas sepeda motor yang distandar tengah. Dua gelas teh hangat dan satu cangkir kopi hitam saya pesan sebagai teman perbincangan kami di lesehan emperan toko. Sambil duduk dan menunggu pesanan, saya mengamati keadaan sekitar. Tepat di samping saya, seorang anak mungil tengah tertidur lelap tanpa bantal dan hanya diselimuti kain sarung. Entah, pandangan saya terpaku pada si kecil ini. Saya memandangi wajah polos yang tampak dari lelapnya si kecil tertidur. Entah mimpi seperti apa yang tengah menghampiri tidurnya. Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, di dalam pasar saya menjumpai banyak hal serupa. Kegiat