Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Seni Hidup Crazy Ala Sofyan Sauri

Gambar
Mari saya perkenalkan kepada sodara-sodara salah satu dedengkot dalam lingkaran pergaulan saya. Sofyan Sauri, nama yang mudah diingat dan cukup pendek disematkan bagi seseorang yang lahir pada era milenial. Pun pelafalan namanya tidak terlalu susah, hampir tidak pernah saya jumpai ada orang yang salah mengeja namanya. Saya memanggilnya dengan sebutan nama belakangnya, Sauri. Tapi, ada pula yang memanggil dengan nama depannya. Tidak hanya namanya yang mudah diingat, pun dengan tampilan Sauri yang nyentrik dengan khas rambut gondrong bergelombang yang lebih sering diikat daripada diurai. Ditambah lagi pakaian yang ia kenakan setiap harinya, ia tetap konsisten dengan kemeja yang tampak kedodoran dengan mencangklong waist bag berbahan goni pemberian salah seorang kawan kami, Arul (kapan-kapan akan saya ceritakan pula si pendiam tapi mematikan layaknya ular ini). Sauri memang cukup mudah dikenali dari sekian banyak mahasiswa di Fakultas Ilmu Budaya Unej yang sekarang ini dipenuhi

Nggatheli

Gambar
Kredit foto: Dokumen Pribadi Malam ini Sidoarjo masih konsisten dengan hawanya belakangan hari, sumuk katakanlah. Sesekali angin berhembus itupun dari laju kendaraan berat yang nggatheli . Soalnya, selain membawa angin, kendaraan itu membawa getaran dan suara yang cukup membuat orang-orang di warung kopi ini mengernyitkan dahinya menandakan kebisingan sedang memperkosa pendengaran mereka. Tapi tidak masalah juga, toh beberapa orang di warung kopi ini juga nggatheli . Salah satunya mas-mas yang duduk di samping saya sekarang ini, cukup nggatheli dengan headset yang ia kenakan dan goyangannya yang tanpa ia sadari menggoyang bangku panjang yang sama-sama kami duduki, asu tenan . Ingin sekali rasanya saya cabut headsetnya lalu saya berbicara dekat pada telinganya " Mas, juancok sampean ". Sayangnya saya tidak berani se- nggatheli itu. Bayangkan saja, seonggok daging yang duduk di sebelah saya ini posturnya tinggi besar sampai-sampai sempak yang ia kenakan mencuat kelu

Pagi dan Refleksi

Gambar
Kredit Gambar: google.com Saya, sebagai penulis hendak mengingatkan bahwa tulisan di bawah ini bukanlah tulisan-tulisan heroik seperti yang kawan-kawan harapkan.90% dari tulisan ini adalah curhatan saya dan pemaknaan saya terhadap apa yang saya alami. Untuk mencari tulisan yang lebih substansial kiranya kawan-kawan bisa mencari tulisan lain yang lebih wow. Pagi ini saya dibangunkan oleh kawan saya jauh lebih pagi daripada biasanya. Harusnya perkuliahan kami dimulai pada pukul 08.00 WIB. Mulanya saya begitu tidak sadar ketika kawan saya itu mengetuk pintu kamar saya, tanpa berpikir panjang saya ambil saja handuk dan langsung ke kamar mandi. Karena saya tidak mungkin menceritakan apa saja yang saya lakukan di dalam kamar mandi, maka saya akan menceritakan ketika saya selesai mandi. Keluar dari kamar mandi dan kembali ke kamar, saya mencoba menyalakan hp saya yang sedari subuh sedang saya isi baterainya. Saya tercengang ternyata jam di hp saya menunjukkan pukul 07.19 WIB. Beta

Prakapitalisme di Asia

Gambar
Kredit Gambar: Google/images Buku Judul: Prakapitalisme di Asia Judul Asli: The Interest of voiceless for east : Penulis: J.H. Boeke Penerjemah: D. Projosiswoyo Penerbit: Sinar Harapan Tempat Terbit: Jakarta Tahun Terbit: 1983 Tebal: 134 halaman Oleh: M. Shafwan Syafiq J.H. Boeke, seorang ahli Ilmu Ekonomi Timur asal Belanda, menulis buku ini sebagai pembahasan penyebab kemiskinan yang berkelanjutan dari abad pertengahan sampai berakhirnya Perang Dunia II. Boeke menitikberatkan pembahasan kemiskinan pada wilayah pedesaan Asia Timur, Selatan, dan Tenggara: Jepang, Indocina, Cina, dan Hindia Belanda (Jawa). Dalam buku ini, Boeke menjabarkan sebuah pergolakan yang terjadi pada sistem sosial-ekonomi. Pasalnya, dualisme ekonomi muncul pada tataran masyarakat pedesaan tradisional yang sudah mulai meninggalkan produksi untuk swasembada, dan berganti pada produksi untuk pertukaran (exchange) . Sebuah keadaan ketika sistem ekonomi kota yang mulai men

Mereka yang Tak Kasat Mata

Gambar
Kredit Foto: Dokumen Pribadi Rabu 9 Oktober 2019, harusnya hajatan kami (saya bersama kakak saya dan kawannya) sekadar membeli kain di Pasar Tanjung, tapi terasa kurang nikmat bila terlanjur keluar tanpa mampir ngopi . Mampirlah kami pada satu tempat lesehan pinggir jalan, bukan warung permanen, bahkan si empunya dagangan sekadar menggelar karpet dan beberapa barang dagangan di atas sepeda motor yang distandar tengah. Dua gelas teh hangat dan satu cangkir kopi hitam saya pesan sebagai teman perbincangan kami di lesehan emperan toko. Sambil duduk dan menunggu pesanan, saya mengamati keadaan sekitar. Tepat di samping saya, seorang anak mungil tengah tertidur lelap tanpa bantal dan hanya diselimuti kain sarung. Entah, pandangan saya terpaku pada si kecil ini. Saya memandangi wajah polos yang tampak dari lelapnya si kecil tertidur. Entah mimpi seperti apa yang tengah menghampiri tidurnya. Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, di dalam pasar saya menjumpai banyak hal serupa. Kegiat

Kajian Historis Bandit-bandit di Jawa 1850-1942

Gambar
Kredit Gambar: google.com Buku Judul: Bandit-bandit Pedesaan di Jawa: Studi Historis 1850-1942 Penulis: Suhartono Penerbit: Aditya Media Tempat Terbit: Yogyakarta Tahun Terbit: 1995 Tebal: 180 halaman ISBN: 979-539-052-x Oleh: M. Shafwan Syafiq Pada bagian Prakata, Suhartono menyampaikan bahwa penelitian dengan  judul "Perbanditan  Pedesaan di Jawa, 1850-1942 (Rural Banditry in Java, 1850-1942)" muncul dari penelitian dan disertasi Suhartono tentang "Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta, 1830-1920". Dalam salah satu bab disertasinya, membahas tentang kerusuhan di pedesaan Surakarta. Untuk membahas perbanditan yang lebih kompleks, Suhartono menuliskannya dalam buku ini. Melalui buku ini, Suhartono menjabarkan siapa dan sebab apa masyarakat pribumi menjadi bandit. Suhartono menceritakan bandit dalam subjektivitas dari dua sudut pandang yang berbeda. Melalui sudut pandang kolonial yang menganggap bandit

Kopi dan Kontemplasi

Gambar
Kredit Foto: Dokumen Pribadi Beberapa jam yang lalu, notifikasi pesan muncul dari smartphone yang saya genggam. Pesan dari seorang kawan berisikan ajakan ngopi malam ini. Saya yakin dia sedang dilanda kesepian atau bahkan kebingungan. Jujur, dia jarang sekali mengajak saya ngopi sebelumnya, jadi wajar kalau saya berfikiran demikian. Bila saya jabarkan, kurang lebih seperti ini percakapan online kami: A: "Ayo ngopi" , ajak kawan saya itu. B: "Kapan" A: "Ntar malam bisa?" B: "Ayo" , saya mengiyakan karena memang tidak ada agenda untuk malam ini. A: "Dimana tempat yang enak buat ngobrol?" B: "Warkop biasanya boleh" , balas saya karena saya menghindari keruwetan memilih tempat. Pukul 19:00 saya sudah bersiap untuk berangkat, sembari mengabari kawan saya supaya tidak saling tunggu. Tidak lama, saya sudah sampai di warung yang telah kami sepakati. Ternyata kawan saya sudah menempati meja paling pojok sambil meng

Menilik Pola Ekonomi Masyarakat Desa

Gambar
Kredit Gambar: Halaman Awal Jurnal Jurnal Judul: Perilaku Ekonomi Masyarakat Desa: Kasus Kredit Pedesaan Indonesia Penulis: Hudiyanto Tebal: 6 halaman Penerbit: UNISIA (Journal UII) Tahun Terbit: 1988 Oleh: M. Shafwan Syafiq Jurnal ini merupakan jurnal yang ditulis oleh Hudiyanto. Beliau, adalah salah seorang dosen yang juga aktif sebagai staf peneliti pada Pusat Penelitian Pengembangan Pedesaan dan Kawasan (P3PK) UGM. Beberapa jurnal telah beliau rampungkan yang khusus membahas tentang pedesaan. Dalam pendahuluan jurnal ini, Hudiyanto menyebutkan segmentasi dalam sebuah kelompok masyarakat desa: masyarakat kaya dan masyarakat miskin. Segmentasi masyarakat yang termaktub sebagai disparitas mengenai pola pikir dan pola perilaku di antaranya. Pada dasarnya, masyarakat kaya diidentikkan dengan sifatnya yang rasional dan memikirkan kemajuan, sedangkan masyarakat miskin sebaliknya. Selanjutnya, Hudiyanto lebih menekankan pembahasan tentang masyarakat

Mahasiswa Depan Laptop Kalau Ngga Nugas Ya Nulis: Tidak Semudah Itu Ferguso

Gambar
Kredit foto: Dokumen pribadi Kata orang, menulis itu tak pernah mudah. Tapi banyak orang juga yang berpendapat kalau menulis itu mudah. Mana yang benar? Mulanya saya ingin sedikit bercerita tentang sengkarut kehidupan saya yang mulai melupakan kegiatan-kegiatan produktif. Kegiatan sehari-hari sebagai mahasiswa yang pada umumnya terjebak dalam zona nyaman dan bisa dikatakan kontraproduktif. Setiap hari cuma kuliah-nugas-ngopi-tidur dan kurang lebih seperti itu saja penjelasan secara umum dalam lingkaran siklusnya. Berangkat dari siklus kehidupan itu nampaknya secara tidak langsung membangun watak pragmatis dan malah semakin mengarah pada watak apatis sebagai mahasiswa pengabdi dosen dan pecandu rebahan kala weekend . Untungnya kesadaran untuk keluar dari zona nyaman baru-baru ini mulai saya bangun, tapi malah merasa kebingungan--kehidupan memang tak pernah semulus paha bintang iklan. Seperti sekarang ini, akhirnya mahasiswa seperti saya merasa susah, bingu

Pesta Demokrasi dan Harapan Masyarakat Indonesia

Gambar
Kredit foto: Poster Aksi Oleh: Muhammad Shafwan Syafiq Munculnya klaim “Dari banyaknya Pemilu, siapapun yang terpilih hidup saya ya seperti ini saja, tidak ada yang berbeda” apakah menjadi suatu hal yang wajar? Saya rasa klaim tersebut sangat tidak wajar, mengingat momentum Pemilu adalah salah satu momen untuk menentukan kepada siapa nasib bangsa kita akan diamanatkan 5 tahun kedepan. Terlebih lagi Pemilu 17 April 2019 mendatang menjadi Pemilu pertama yang dilakukan serentak untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD Provinsi, hingga DPRD Kabupaten/Kota. Ya, tahun ini menyajikan pelaksaan Pemilu yang unik sepanjang catatan sejarah Bangsa Indonesia. Dari jadwal dan tahapan pemilu yang dikutip dari laman resmi KPU, bahwa masa kampanye sudah dimulai dari 23 September 2018 sampai 13 April 2019. Yang sejatinya masa kampanye ini adalah waktu dimana paslon yang akan berkontestasi berebut dukungan massa guna mendapat suara di momen pemungutan suara kelak. Ma

Saya Kembali

Gambar
Tenang, ini tidak akan terlalu panjang. Anggap saja ini sebagai pembuka bagi kawan-kawan yang sedang membaca blog ini atau bahkan bagi saya sendiri supaya lebih giat lagi dalam dunia blogging, khususnya menulis. Saya ingin sedikit bercerita. Mulanya blog ini dibuat untuk memenuhi ujian praktik ketika saya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, kurang lebih 5 tahun yang lalu. Walhasil ketika lulus dari jenjang pendidikan SMP blog ini tidak saya teruskan lagi. Ya begitulah akhir dari segala hal yang tidak kita mulai dengan sungguh-sungguh dan penuh dengan keterpaksaan (yang satu ini jangan ditiru kawan). Memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Bentuk pencarian jati diri bagi remaja adalah suatu keniscayaan. Hanyut dalam euforia-euforia kecil yang bersifat fana menjadikan remaja selalu lupa dengan aktivitas yang mereka mulai demi menemukan apa yang mereka sebut dengan passion . Memang tidak semua seperti itu, tetapi ada bebera